ASKEP DERMATITIS
A.
Pengertian
Dermatitis
kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur
unsur fisik, kimia atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang
sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah
bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh
kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan
seringkali memiliki batas yang tegas.
B.
Etiologi
Zat
– zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melelui 2 cara yaitu :
- Iritasi ( dermatitis iritan )
- Reaksi alergi ( dermatitis kontak alergika )
1. Sabun
detergen dan logam – logam tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa
kali digunakan.
2. Penyebab
dermatitis kontak alergika
Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat
kuku, deodorant, pelemban lotion sehabis bercukur, parfum, tabir surya.
3. Senyawa
kimia ( dalam perhiasan ) : nikel
Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat )
racun pohon ek, sejenis rumput liar, primros.
4. Obat
– obat yang terkandung dalam kritim kulit : antibiotic ( penisilin,
sulfonagnid, neomisin ), autihistamin ( defenhidramin )
5. Zat
kimia yang digunakan dalam pengelolaan pakaian.
C.
Manifestasi Klinik
Gejala
dermatitis kontak mencakup keluhan :
- Gatal – gatal
- Rasa terbakar
- Lesi kulit ( vesikel )
- Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret
- Pembentukan krusta serta akhirnya mengering dan mengelupas kulit.
Reaksi yang berulang – ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan
pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang
mengalami ekskoriasis karena digosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat
gejala sistemik kecuali jika erupsinya tersebar luas.
D.
Patofisiologi
Dermatitis
Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan
kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui
kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa
menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui
membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel.
Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang
akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi
dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta
mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan
leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan
vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi
kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan
mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis
kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada
dua jenis bahan iritan yaitu :
- Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
- Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Dermatitis
Kontak Alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada
dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi
dermatitis ini yaitu :
1.
Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase
induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu
yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau
pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian
hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE
(Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier
yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak
pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human
Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Kemudian
sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan
terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of
Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek
HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein
heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik,
misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen
tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan
antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk
mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan
IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk
primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan
limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen
yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat
ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang
berarti mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
2.
Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen
terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah
tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan
mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya
IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang
keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang
langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid.
Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin
sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya
timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang
akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan
peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi
antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta
pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi
INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak
sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan
dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga
histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan
beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan
akhirnya menekan atau meredakan peradangan.
1. WOC
Penyimpangan KDM
Bahan
iritan
merusak
lapisan tanduk
lisosom,
mitokondria dan
komponen-komponen
inti sel
mengalami
kerusakan
rusaknya
membran lipid keratinosit
pengaktifan
fosfolipase
pembebasan
asam arakidonik
Pembebasan
histamin,
prostaglandin
dan leukotrin.vasodilatasi dan
permeabilitas yang meningkat.
Timbul eritema, edema dan vesikula
E.
Pencegahan
·
Pencegahan dermatitis kontak berarti
menghindari berkontak dengan bahan yang telah disebutkan di atas. Strategi
pencegahan meliputi:
·
Bersihkan kulit yang terkena bahan
iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak
iritan dan alergen dari kulit.
·
Gunakan sarung tangan saat mengerjakan
pekerjaan rumah tangga untuk menghindari kontak dengan bahan pembersih.
·
Bila sedang bekerja, gunakan pakaian
pelindung atau sarung tangan untuk menghindari kontak dengan bahan alergen atau
iritan.
F.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument yaitu :
·
Biopsi kulit
Biopsi
kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit yang
terdapat lesi.
Biopsi
kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur.
·
Uji kultur dan sensitivitas
Uji
ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada
kulit.
Kegunaan
lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada obat
– obat tertentu.
Cara
pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi
kulit.
Pemeriksaan
dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan
kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor pencahayaan
memegang peranan penting.
Uji temple
Uji
ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.
Untuk
mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis.
Untuk
mengidentifikasi respon alergi
Uji
ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat
bagaimana reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila
ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
A.
Biodata
Biodara terdiri dari nama, jenis
kelamin. Umur, agama, suku bangsa, pendidkan pendapatan pekerjaan,nomor akses,
alamat dan lain- lain
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering
terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita.
Bila
dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis
kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat
peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh
penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya
20%. Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari
populasi penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis
kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada
usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali
lipat dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya
banyak juga timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi.
Jenis pekerjaan merupakan hal penting terhadap tingginya insiden dermatitis
kontak.
B.
Riwayat Kesehatan
a)
Riwayat Kesehatan Sekarang
1.
Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya
klien mengeluh kulitnya terasa gatal serta nyeri.Gejala
yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah
nyeri pada lesi yang timbul.
2.
Riwayat keluhan utama
Provoking Inciden, yang menjadi faktor
presipitasi dari keluhan utama. Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul
Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah,
edema yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST pada setiap
keluhan klien
Provocative/palliative
Apa
penyebab keluhan,
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak
dengan bahan-bahan tertentu yang menyebabkan kerusakan pada kulit
Apa yang membuat
keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat. Dengan menjauhi sumber
dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan berkurang
Quality/quantity
Bagaimana
keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada
beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal dan nyeri
pada daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan keluhan
Sejauh
mana sakit dirasakan
Rasa sakit yang dirasakan mulai dari
tingkat ringan sampai berat. Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit,
konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit
Region/radiation
Dimana letak sakit
Tergantung
dari daerah yang kontak dengan penyebab
Area
penyebarannya
Area
penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat cedera,
dibalik perhiasan.
Severitty
scale
Apakah
mempengaruhi aktifitas
Terganggunya
aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit
Seberapa
jauh skala ringan/berat
Tergantung
dari tingkat keparahan penyakitnya
Timing
·
Kapan
mulai terjadi
·
Kapan
sering terjadi
·
Apakah
terjadinya mendadak atau perlahan-lahan
b)
Riwayat Kesehatan masa Lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya,
apakah pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya
selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
c)
Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada salah seorang anggota
keluarganya yang mengalami penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi
dengan tim medis. Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak
dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopik
C.
Pemeriksaan fisik
1.
Keadaan umum
Ringan,
sedang, berat.
2.
Tingkat Kesadaran
Kompos mentis
Apatis
Samnolen,
letergi/hypersomnia
Delirium
Stupor
atau semi koma
Koma
Tingkat Kesadaran
dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak termasuk tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun
demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
3.
Tanda-tanda vital
·
Tekanan
darah
·
Denyut
nadi
·
Suhu
tubuh
·
Pernafasan
4.
Berat Badan
5.
Tinggi Badan
6.
Kulit
Inspeksi
·
radang
akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
·
kemerahan
(rubor),
·
gangguan
fungsi kulit (function laisa).
·
biasanya
batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara
serentak atau beturut-turut.
· terdapat
Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar.
· Terdapat
bula atau pustule,
· ekskoriasi
dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.
· terjadi
deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi
dan sebagai sekuele telihat
· hiperpigmentai
tau hipopigmentasi.
Palpasi
·
Nyeri
tekan
·
edema
atau pembengkakan
·
Kulit
bersisik
7.
Keadaan Kepala
·
Inspeksi
tekstur
rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
·
Palpasi
Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan
atau adanya massa.
8. Keadaan mata
· Inspeksi
a.
Palpebrae : tidak edema,
tidak radang
b.
Sclera : Tidak ictertus
c.
Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan
d.
Pupil : Isokor
e.
Posisi mata
Simetris/tidak : simertis
Gerakan bola mata :
Normal
Penutupan kelopak
mata : Tidak mengalam
Gangguan
Keadaaan visus : Normal
Penglihatan : Normal (tidak kabur
·
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
A. Keadaan hidung
·
inspeksi
-
simetris kiri dan kanan
-
Tidak ada pembengkakan dan sekresi
-
Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
·
Palpasi
-
Tidak ada nyeri tekan
-
Tidak ada benjolan/tumor
10.
Keadaan telinga
·
inspeksi
-
telinga bagian luar simetris
-
tidak ada serumen/cairan, nanah
11. Mulut
Inspeksi
a.
Gigi
-
Keadaan gigi : bersih
-
Ada karang gigi/karies
-
Tidak ada pemakaian gigi palsu
b.
Gusi
Tidak ada merah radang pada gusi
c.
Lidah
Lidah bersih
d. Bibir
-
Tampak pucat
-
Kering pecah
-
Mulut tidak berbau
-
Kemampuan bicara normal
12. Tenggorokan
a.
Warna mukosa : Kemerahan
b. Nyeri
tekan
:tidak ada
c.
Nyeri menelan tidak ada
13. Leher
·
Inspeksi
a.
Kelenjar Thyroid : Tidak membesar
b. Tidak ada pembengkakan
atau benjolan
c. Tidak ada distensi
vena jugularis
·
Palpasi
a.
Kelenjar Thyroid :
Tidak terabah
b.
Kaku kuduk/tidak : -
c.
Kelenjar limfe : tidak
membesar
d.
Tidak ada benjolan atau massa
e.
Mobilisasi leher normal
14.
Thorax dan pernafasan
Inspeksi
a.
Bentuk
dada : Pigion chest
b.
Pernafasan : Inspirasi/ekspirasi,
Frekuensi pernafasan, irama pernafasan
c. Pengembangan diwaktu bernafas normal
d. Dada
simetris
e.
Tidak ada retraksi
f.
Tidak ada batuk
Palpasi
a.
Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal premitus
b. Untuk
mengetahui adanya massa
c.
Inadekuat ekspansi dada
Perkusi
sonor
: Suara perkusi jaringan paru yang normal
Askultasi
a.
Mendengarkan suara pada dinding thoraks
b.
Suara nafas :
Vesikuler
c.
Suara tambahan : -
d.
Suara Ucapan
Suara normal
15. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi
ventrikel kiri à ditemukan pada ICS 5 linea medio
clavicularis kiri.
Palpasi :
Normal
Perkusi
Jantung dalam keadaan normal
Auskultasi
Tidak ada murmur
16.
Pengkajian payudara dan ketiak
· Inspeksi :
Payudara
melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang
Tidak terdapat
udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta vaskularisasi normal
Areola mamma
agak kecoklatan
Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar
atau lesi.
Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan.
Posisi kedua puting susu mempunyai arah yang sama.
ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda
kemerah-merahan.
·
Palpasi
Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.
17.
Abdomen
· Inspeksi :
umbilikus tidak menonjol
Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena
Tidak ada
benjolan
warna
kemerahan
·
Palpasi :
Tidak ada rasa nyeri
Tidak ada benjolan/ massa
Tidak ada pembesaran pada organ hepar
· Perkusi : Tympani
· Auskultasi : Peristaltik normal
18. Genetalia dan Anus
Genetalia :
· Inspeksi :
Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini,
sekret vagina jernih
·
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Anus : Keadaan
anus normal, tidak ada haemoroid,
fissura, fistula.
19. Ekstremitas
Ekstremitas
atas
a.
Motorik
-
Pergerakan kanan/kiri : lemah
-
Pergerakan abnormal : seimbang antara kanan dan kiri.
-
Kekuatan otot kiri/kanan : kekuatan otot kanan dan kiri lemah
-
Koordinasi gerak : ada gangguan
b. Refleks
-
Biceps kanan/kiri :
Normal
-
Triceps kana/kiri :
Normal
c.
Sensori
-
Nyeri : +
-
Rangsang suhu : +
-
Rasa raba : +
Ekstremitas
bawah
a.
Motorik
-
Gaya berjalan : Normal
-
Kekuatan kanan/kiri : kekuatan kanan 5/kiri 5
-
Tonus otot kanan/kiri : menurun
b. Refleks
-
KPR kanan/kiri : -/-
-
APR kanan/kiri : -/-
-
Bebinski kanan/kiri : +/+
c.
Sensori
-
Nyeri : +
-
Rangsang suhu : +
-
Rasa raba: +
20 Status Neurologi
Saraf-saraf cranial
N I (Olfaktorius)
Klien mampu
membedakan bau minyak kayu putih dan alcohol.
N II (Optikus)
Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh.
N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis,
Abdusen)
Mata dapat
berkontraksi, pupil isokor, klien
mampu menggerakkan bola mata kesegala
arah.
N V (Trigeminus)
Fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila
ada rangsangan.
Fungsi motorik :
Klien dapat menahan tarikan pulpen dengan gigitannya.
N VII (Fasialis)
Klien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan dapat mengangkat
alis.
N VIII (Akustikus)
Klien dapat
mendengar dan berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan adanya tuli konduktif
dan tuli persepsi.
N IX (Glosofaringeus)
Klien dapat
merasakan rasa manis, pahit, pedas.
N X (Fagus)
Klien tidak ada kesulitan mengunyah,
klien tidak ada kesulitan menelan.
N XI (Assessoris)
Klien dapat mengangkat kedua bahu, tidak ada atropi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
N XII (Hipoglosus)
Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah,
tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan
normal.
Tanda-tanda perangsangan selaput otak
I.
Kaku kuduk : -
II.
Kerning sign : -
III.
Refleks Brudzinski : -
IV.
Refleks Lasegu : -
D. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a.
Biopsi kulit
b.
Uji temple
c.
Pemeriksaan dengan menggunakan
pencahayaan khusus
d.
Uji kultur dan sensitivitas
E. Pola Kegiatan
Sehari-hari
1.
Nutrisi
Yang
perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi
maka/hari, nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai
banyak minuman dlm sehari serta
apakah ada perubahan Perubahan selama sakit
2.
Eliminasi
Pada
eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB
seperti frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit
3.
Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis
kontak biasanya akan mengalami gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa
gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan mengalami gangguan dalam
pemenuhan aktifitas sehari-hari.
4.
Istirahat
klien biasanya mengeluh susah tidur
dimalam hari karena gatal serta adanya nyeri. Adanya
gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
5.
Pola Interaksi social
Secara umum klien yang
mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya terganggu
biasanya akan merasa malu dengan
penyakitnya.
6.
Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi
dengan orang lain dan biasanya klien lebih suka menyendiri dan sering cemas
dengan penyakit yang diderita. Pada
keadaaan psikologis ada beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana
persepsi klien terhadap penyakit yang diderita sekarang, bagaimana
harapan klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi
dengan tenaga kesehatan & lingkungan.
7. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien
beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya
merupakan cobaan untuknya dan pasti terdapat
hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien
menganut agama apa selama sakit klien sering berdoa.
8.
Pengelompokan data
Data Subjektif
|
Data Objektif
|
Ø Klien
mengatakan lecet pada kulit jika digaruk
Ø Klien
mengatakan nyeri pada kulit
|
Ø Kulit
klien tampak kering
Ø Kulit
klien tampak bersisik
Ø Tampak
adanya peradangan
Ø Klien
nampak sering menggaruk
Ø Kulit
klien tampak lecet
Ø Klien
tampak gelisah
|
B.
Diagnosa keperawatan
1.
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit
2.
Nyeri dan gatal yang berhubungan dengan lesi kulit
3.
perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus
4.
Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.
5.
Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan
kulit.
6.
Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit
C.
Rasional
DX
I
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
1. 1. pantau keadaan kulit pasien
2. Jaga dengan
cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres
hangat dengan suhu yang terlalu tinggi dan akibat cidera panas yang tidak terasa
( bantalan pemanasan, radiator )
3. Anjurkan pasien
untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Kolaborasi
Mandi
dengan air hangat
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat anti histamine dan salep kulit
|
Mandiri
3. Agar
kulit tetap terjaga kebersihan dan mencegah infeksi
|
DX
2
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
1. Periksa daerah
yang terlibat
2. Upaya untuk
menemukan penyebab gangguan rasa nyaman
3. Mencatat hasil –
hasil observasi secara rinci dengan memakai terminology deskriptif
4.
Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi ; mendapatkan riwayat
pemakaian obat.
5. Kendalikan factor
– factor iritan
6. Pertahankan
kelembaban kira – kira 60 % ; gunakan alat pelembab.
7. Pertahankan
lingkungan dingin
8. Gunakan sabun
ringan ( Dove ) atau sabun yang dibuat untuk kulit sensitive ( Neutrogena,
Avveno ).
9. Lepaskan
kelebihan pakaian atau peralatan di tempat tidur.
10. Cuci linen tempat tidur dan pakaian
dengan sabun ringan
11. Hentikan pemajanan berulang terhadap
detergen, pembersih, dan pelarut.
12. Gunakan tindakan perawatan kulit untuk
mempertahankan integritas kulit dan meningkatkan kenyamanan pasien.
13. lakukan kompres penyejuk dengan air suam
– suam kuku ataukompres dingin guna meredakan rasa gatal.
14. Atasi kekeringan ( serosis ) sebagaimana
dipreskripsikan.
Kolaborasi:
15.
Oleskan
lotion dan krim kulit segera setelah mandi
16.
Gunakan
terapi topical seperti yang dipreskripsikan.
17.
Anjurkan
pasien untuk menghindari pemakaian salep ayau lotion yang dibeli tanpa resep
dokter.
18.
Jaga
agar kuku selalu terpangkas.
|
Mandiri
Kolaborasi
|
DX
3
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
:
1. Bantu pasien
melakukan gerak badan secara teratur
2. jaga kamar tidur
agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
Kolaborasi:
|
Mandiri
:
3.
Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang normal.
4.
Tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit yang kering dan gatal biasanya
tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
5.
Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam sesudah dikonsumsi.
6.
Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga menjadi keadaan
tertidur.
|
DX 4
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
1.
Kaji
adanya gangguan pada citra diri pasien ( menghindari kontak mata, ucapan yang
merendahkan diri sendiri, ekpresi keadaan muak terhadap kondisi kulitnya ).
2.
Identifikasi
stadium psikososial tahap perkembangan.
3.
Berikan
kesempatan untuk pengungkapan. Dengarkan ( dengan cara yang terbuka, tidak
menghakimi ) untuk mengekspresikan berduka / ansietas tentang perubahan citra
tubuh.
4.
Nilai
rasa keprihatinan dan ketakutan pasien. Bantu pasien yang cemas dalam
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali serta mengatasi
masalah.
5.
dorong
sosialisasi dengan orang lain
|
Mandiri:
1. Gangguan citra
diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi
pasien. Kesan sesorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep
diri
2. Terhadap hubungan
antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman pasien
terhadap kondisi kulitnya
3. Pasien
membutuhkan pengalaman yang harus didengarkan dan dipahami.
4. Tindakan ini
memberikan kesempatan pada petugas kesehatan untuk menetralkan kecemasan yang
tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi. Ketakutan merupakan
unsure yang merusak adaptasi pasien.
5. Meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi.
|
DX 5
Intervensi
|
Rasional
|
1. Tentukan apakah
pasien mnegetahui ( memahami dan salah mengerti ) tentang kondisi dirinya.
2. Jaga agar pasien
mendapatkan informasi yang benar ; memperbaiki kesalahan konsepsi / informasi
3. Peragakan
penerapan terapi yang diprogramkan ( kompres basah ; obat topical )
4. Berikan nasihat
kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan
tindakan hidrasi dan pengolesan krim serta lotion kulit.
5. Dorong pasien
untuk mendapatkan status nutrisi yang sehat
|
1. Memberikan data
dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
2. Pasien harus
memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan
pasien merasakan manfaatnya.
3. Memungkinkan
pasien memperoleh kesempatan untuk menunjukkan cara yang tepat unutk
melakukan terapi.
4. Stratum korneum
memerlukan air agar fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan krim atau
lotion untuk melembabkan kulit akan memcegah agar kulit tidak menjadi kering,
kasar, retak, dan bersisik.
5. Penampakan kulit
mencerminkan kesehatan umum seseorang. Perubahan pada kulit dapat menandakan
status nutrisi yang abnormal.
|
DX 6
Intervensi
|
Rasional
|
1. Miliki indeksi
kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada pasien yang system
kekebalannya teganggu.
2. Berikan petunjuk
yagn jelas dan rinci kepada pasien mengenai program terapi
3. Laksanakan
pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan untuk mengurangi intensitas
inflamasi
|
1. Setiap keadaan
yang mneggangu status imun akan memperbesar resiko terjadinya infeksi kulit.
2. Pendidikan pasien
yang efektif bergantung pada ketrampilan – ketrampilan interpersonal
professional kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas yang diperkuat
dengan instruksi tertulis.
3. Kompres basah
akan menghasilkan pendinginan lewat pengisatan yang menimbulkan vasokontriksi
pembuluh drah kulit dan dengan demikian mengurangi eritema serta produksi
serum.
|
D.
Evaluasi
Diagnosa
I
1.
Tidak adanya maserasi.
2. Tidak ada tanda – tanda
cedara termal.
3. Tidak ada infeksi.
4. Memberikan obat topikal
yang diprogramkan
Diangnosa II
1. Mencapai peredaran
gangguan rasa.
2. Mengutarakan dengan kata
– kata bahwa gatal telah reda.
3. Memeperlihatkan tidak
adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.
4. Mematuhi terapi yang
diprogramkan.
5. Pertahankan keadekuatan
hidrasi dan lubrikasi kulit.
6.
Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam
penampilan yang sehat.
Diagnosa III
1.
Mencapai tidur yang nyenyak.
2. Melaporkan peredaran
rasa gatal.
3.
Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4. Menghindari konsumsi
kafein pada sore hari dan menjelang tidur malam hari.
5. Mengenali tindakan untuk
meningkatkan tidur.
Diagnosa IV
1. Mengalami Mengembangkan
peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri.
2. Mengikuti dan turut
berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.
3. Melaporkan perasaan
dalam mengendalikan situasi.
4. Menguatkan kembali
dukungan positif dari diri sendiri
5.
Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat.
6.
Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.
7.
Menggunakan tekhnik
menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan.
Diagnosa V
1. pola tidur / istirahat
yang memuaskan
2.
Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.
3. Kurang
pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
4.
Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat
mengungkapkan rasional tindakan yang dilakukan.
5.
Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang
diprogramkan.
6. Gunakan obat tropikal
dengan tepat.
7.
Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Diagnosa VI
1. Tetap bebas dari
infeksi.
2. Mengungkapkan tindakan
perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan mencegah kerusakan.
3. Mengidentifikasikan
tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan.
4. Mengidentifikasi efek
merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke petugas perawatan kesehatan.
5.
Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( misalnya
mandi, dan penggantian balut )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar